PEMBEKUAN
DARAH
Mekanisme
tubuh untuk menghentikan perdarahan dinamakan hemostasis. Terdapat beberapa
fase penting pada mekanisme ini, diantaranya fase pembentukan sumbatan oleh
platelet (keping darah) dan fase proses pembekuan darah. Proses pembekuan darah
atau koagulasi adalah proses yang kompleks yang mana darah membentuk gumpalan
(bekuan darah) guna menutup dan memulihkan luka serta menghentikan
pendarahan(Ganiswarna,1995).
Trombosit
atau keping darah adalah elemen berbentuk cakram di dalam darah. Trombosit
berkumpul secara berdempet-dempetan selama proses pembekuan darah normal.
Trombosit digolongkan sebagai sel darah, tetapi sebenarnya trombosit adalah
bagian dari sel-sel sumsum tulang yang besar yang disebut dengan
megakaryocytes. Faktor koagulasi adalah protein, sebagian besar
diproduksi oleh organ hati. Terdapat banyak faktor koagulasi, 13 diantaranya
diberi nama dengan huruf romawi. Saat ini banyak protein-protein baru yang
ditemukan namun tidak diberikan penamaan dengan angka romawi(Ganiswarna,1995).
Dalam
proses pembekuan darah, keping-keping darah (trombosit) yang menyentuh
permukaan luka yang kasar, akan pecah dan mengeluarkan trombokinase.
Trombokinase akan mengubah protrombin menjadi trombin. Protrombin merupakan
enzim yang belum aktif, berupa senyawa globulin yang dihasilkan di hati dengan
pertolongan vitamin K, sedangkan trombin merupakan enzim yang sudah aktif.
Pengubahan protrombin menjadi trombin sangat memerlukan zat kalsium untuk
mempercepat proses tersebut. Trombin mengubah fibrinogen (protein yang larut
dalam plasma darah) menjadi librin yang berbentuk
benang-benang(Ganiswarna,1995).
Trombosit
bereaksi ketika pembuluh darah rusak atau ada luka. Mereka menempel pada
dinding daerah yang luka dan bersama-sama membentuk sumbatan. Sumbat dibentuk
guna menutup bagian yang rusak agar menghentikan darah yang keluar. Trombosit
juga melepaskan bahan kimia untuk menarik lebih banyak trombosit dan sel-sel
lain untuk melanjutkan langkah berikutnya(Ganiswarna,1995).
Faktor-faktor pembekuan memberi sinyal terhadap satu sama lain untuk melakukan reaksi berantai yang cepat. Reaksi ini dikenal sebagai kaskade koagulas. Pada tahap akhir kaskade ini, faktor koagulasi yang disebut trombin mengubah fibrinogen menjadi helai-helai fibrin. Fibrin menempel pada trombosit untuk membuat jaring yang memerangkap lebih banyak trombosit dan sel. Gumpalan (bekuan) pun menjadi lebih kuat dan lebih tahan lama(Ganiswarna,1995).
Protein-protein lain akan menghentikan faktor pembekuan agar gumpalan tidak berlanjut lebih jauh dari yang diperlukan.
Ketika jaringan kulit yang rusak sembuh, otomatis sumbatan tidak diperlukan lagi. Helai fibrin pun hancur dan darah mengambil kembali trombosit dan sel-sel dari bekuan darah(Ganiswarna,1995).
Faktor-faktor pembekuan memberi sinyal terhadap satu sama lain untuk melakukan reaksi berantai yang cepat. Reaksi ini dikenal sebagai kaskade koagulas. Pada tahap akhir kaskade ini, faktor koagulasi yang disebut trombin mengubah fibrinogen menjadi helai-helai fibrin. Fibrin menempel pada trombosit untuk membuat jaring yang memerangkap lebih banyak trombosit dan sel. Gumpalan (bekuan) pun menjadi lebih kuat dan lebih tahan lama(Ganiswarna,1995).
Protein-protein lain akan menghentikan faktor pembekuan agar gumpalan tidak berlanjut lebih jauh dari yang diperlukan.
Ketika jaringan kulit yang rusak sembuh, otomatis sumbatan tidak diperlukan lagi. Helai fibrin pun hancur dan darah mengambil kembali trombosit dan sel-sel dari bekuan darah(Ganiswarna,1995).
ANTIKOAGULANSIA
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan
darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa
faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah
terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah
in vitro. Pada trombus yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya mencegah
membesarnya trombus dan mengurangi kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak
memperkecil trombus.
Menurut cara kerjanya antikoagulan dapat dibagi
menjadi 2 golonganyaitu: (1) yang langsung (direk) pada pembekuan darah dan
antitrombin III baik in vivo maupun in vitro, contohnya
adalah heparin; (2) yang tak langsung(indirek) mempunyai khasiat menghambat pembekuan
darah dengan memutuskan hubungan antara faktor pembekuan (II, VII, IX dan X)
yang dibentuk di hati yang memerlukan adanya vitamin K, bekerja secara in vivo, contohnya
adalah antikoagulan oral.
Terdapat beberapa golongan
antikoagulan yang sudah diklasifikasikan, yaitu:
- Warfarin. Warfarin termasuk golongan obat antikoagulan coumarin yang bekerja dengan menghambat kerja vitamin K di dalam darah. Vitamin K berperan penting dalam pembekuan darah, terutama untuk mengaktifkan beberapa faktor pembekuan darah. Jika kerja vitamin K dihambat oleh warfarin, maka darah akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membeku.
- Penghambat faktor Xa. Obat antikoagulan ini bekerja dengan menghambat
kerja faktor Xa yang berperan dalam proses pembekuan darah, baik pada darah
yang sudah menggumpal maupun yang belum. Contoh obat golongan ini antara
lain adalah fondaparinux, rivaroxaban, dan apixaban.
- Heparin. Heparin
merupakan obat antikoagulan yang berperan dalam menghambat thrombin
sekaligus menghambat faktor Xa yang berperan dalam pembekuan darah.
Terdapat dua jenis heparin, yaitu high molecular weight atau unfractionated
heparin (UFH), dan low molecular weight heparin (LMWH).
UFH biasa disebut dengan heparin saja, sedangkan contoh obat golongan LMWH
antara lain adalah enoxaparin, nadroparin, dan parnaparin.
- Penghambat thrombin. Penghambat thrombin merupakan obat antikoagulan
yang berfungsi mencegah aktivasi thrombin yang berperan dalam pembekuan
darah. Contoh obat golongan ini adalah dabigatran.
FIBRINOLISIS
Fibrinolisis merupakan proses degradasi
dari bekuan-bekuan fibrin secara enzimatis. Yang memegang peranan pada sistem
fibrinolisis adalah sistem plasminogen – plasmin. Fibrinolisis adalah
proses penghancuran deposit fibrin oleh sistem fibrinolitik sehingga aliran
darah akan terbuka kembali. Sistem fibrinolisis terdiri atas 3 komponen yaitu:
• Plasminogena bentuk proenzim yg akn
diaktifkan menjadi plasmin, aktifator plasminogen, dan inhibitor plasmin.
• Aktifator plasminogena substansi
yg dapat mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin.
• Inhibitor plasminà substansi yg
dapat menetralkan plasmin, mengontrol aktifitas plasmin.
Fibrinolisis
adalah mekanisme fisiologis yang bekerja secara konstan dengan sistim pembekuan
darah untuk menjamin lancarnya aliran
darah ke organ perifer atau jaringan tubuh.Pada tempat jaringan yang
rusak (tissue injury), fibrinolisis dimulai dengan perubahan
plasminogen menjadi plasmin. Plasmin mempunyai banyak fungsi seperti degradasi dari fibrin, inaktifasi faktor V dan faktor VIII dan aktifasi dari metaloproteinase yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka dan perbaikan
jaringan (tissue-remodeling). Aktivator-aktivator plasminogen memecah peptide dari plasminogen dan membentuk
plasmin rantai dua(Katzung,2011).
Aktifasi menjadi plasmin dapat terjadi melalui
tiga jalur yaitu :
1. Jalur
intrinsik, melibatkan aktifasi dari proaktifator sirkulasi melalui faktor XIIa
dan kalikrein, yang aktivatornya berasal dari plasma (dalam darah).
2. Jalur
ekstrinsik, dimana aktivator-aktivator dilepaskan ke aliran darah dari jaringan
yang rusak, endotel, sel-sel atau dinding pembuluh darah (semua aktifator juga protease).
3. Jalur
eksogen, dimana plasminogen diaktifasi dengan aktivator yang berasal dari luar
tubuh seperti streptokinase (bakteri) yang dibentuk oleh Streptokokkus β- hemoliticus dan urokinase (urin).
Dalam keadaan fisiologik, aktifasi plasminogen terutama oleh tissue plasminogen activator
(t-PA) yang disintesis dan dilepas dari
sel-sel endotelium pembuluh darah dalam respons terhadap trombin
dan pada kerusakan sel. Aktivator plasminogen jaringan (alteplase, t-PA)
merupakan protease serin yang dilepaskan kedalam sirkulasi dari endotel vaskuler dalam keadaan luka atau stres dan mempunyai sifat katalitik –inaktif
kecuali bila terikat dengan fibrin. Setelah terikat dengan fibrin t-PA memecah plasminogen dalam bekuan untuk menghasilkan plasmin
serta selanjutnya plasmin mencernakan fibrin hingga
terbentuk produk
penguraian yang bersifat dapat larut dan dengan demikian melarutkan bekuan tesebut. Setelah distimulasi t-PA release oleh exercise, statis, atau desmopressin (DDAVP), masa
paruhnya dalam sirkulasi sangat
pendek ( sekitar
5 menit), berhubungan
dengan inhibisi oleh PAI-1 dan clearance dihati(Katzung,2011).
ANTIFIBRINOLITIKA
Antifibrinolitik adalah kelas obat yang
merupakan penghambat fibrinolisis . Contohnya
termasuk asam aminocaproic ( asam ε-aminocaproic)
dan asam traneksamat . Obat-obatan mirip lisin ini
mengganggu pembentukan plasmin enzim fibrinolitik dari plasminogen prekursornya
oleh aktivator plasminogen (terutama t-PA dan u-PA) yang berlangsung terutama
di daerah kaya lisin pada permukaan fibrin. Obat-obatan ini memblokir masing-masing situs
pengikatan enzim atau plasminogen dan
dengan demikian menghentikan pembentukan plasmin.
Asam aminocaproic adalah
turunan dan analog dari asam amino lisin, yang
membuatnya menjadi inhibitor efektif untuk enzim yang
mengikat residu tertentu.
Asam traneksamat bekerja dengan cara memblok ikatan
plasminogen dan plasmin terhadap fibrin ; inhibisi terhadap plasmin ini sangat
terbatas pada tingkat tertentu. Asam traneksamat secara kompetitif menghambat aktivasi plasminogen (melalui
mengikat domain kringle), sehingga mengurangi konversi plasminogen menjadi
plasmin (fibrinolisin), enzim yang mendegradasi pembekuan fibrin, fibrinogen,
dan protein plasma lainnya, termasuk faktor-faktor prokoagulan V dan VIII. Asam
traneksamat juga langsung menghambat aktivitas plasmin, tetapi dosis yang lebih
tinggi diperlukan dari pada yang dibutuhkan untuk mengurangi pembentukan
plasmin(Katzung,2011).
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi.
Edisi IV. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Katzung, B.G. 2011. Farmakologi Dasar & Klinik
Edisi XII. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC.
PERMASALAHAN
1. Jika pasien mengalami kekurangan sel darah merah/sel
darah putih/keping darah apakah pemberian antikoagualan dan antifibrinolitika
akan berpengaruh?
2.
Obat antikoagulan bekerja pada darah, jika
dalam darah juga terdapat obat lain apakah akan berpengaruh?
3. Obat obat pemberian antifibrinolitika bereaksi dengan
faktor faktor pembekuan darah, bagaimana reaksinya?